Seru banget kayaknya ya, kalau kita punya temen main dari SMA dan terus berlanjut sampai sekarang, sampai kita punya anak bahkan cucu… Kumpul bareng, cela-celaan khas anak Boedoet, tetapi nggak lupa dengan kegiatan sosial dan bermanfaat lainnya.
Mungkin banyak alumni Boedoet yang sampai sekarang masih berkumpul dengan teman sekelompoknya waktu di Boedoet. Tetapi jarang yang sampai puluhan tahun terus bersama, bahkan sampai mengadakan Family Gathering berkali-kali, dan kumpul hampir setiap bulan.
Salah satu kelompok yang masih sering bertemu dan solid adalah Geng Lazer. Waktu kami menyebut mereka dengan sebutan ‘Geng’, mereka protes. “Bukan Geng, tapi paguyuban atau kelompok,” protes mereka sambil tertawa. “Kelompok kesannya lebih positif”, serempak mereka bersepakat.
Selasa, 29 Oktober 2015 bertempat di bilangan Wijaya, Jakarta Selatan, sekelompok alumni Boedoet angkatan 1984 yang menamakan dirinya Lazer ini berkumpul dalam rangka merayakan ulang tahun tiga orang dari kelompok mereka, yang masih terus eksis dan kumpul sampai sekarang, sejak lulus dari Boedoet. Hadir dalam wawancara kami, 12 orang anggota Lazer.
Asal Mula Lazer
Lazer tidak pernah mendeklarasikan dirinya sebagai organisasi, karena memang mereka hanya kumpulan anak-anak yang sering main bareng saat masih di Boedoet. Lintas jurusan, lintas ekskul, bahkan lintas angkatan dan juga ada dari sekolah lain. Hanya saja, yang sering kumpul dan bertahan cukup lama 18 orang dari angkatan 1984, dan saat ini tinggal 17 orang, karena salah satu dari mereka ada yang sudah meninggal dunia.
Mereka adalah Adrian, Ai, Ari, Bira, Chandra, Dudi, Erwan, Ferry, Gatot, Hari, Okky, Olil, Taufik, Tohap, Tono, Wahyu dan Yoyok. Satu lagi Abung yang telah meninggal dunia. 2 dari mereka termasuk famous people di Indonesia. Bung Ferry dikenal sebagai penggagas JakMania dan pengarang lagu “Garuda di Dadaku’ serta Drg Gatot yang sekarang menjadi Ketua Umum PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia-red).
Lucunya, tidak ada satupun anggota Lazer yang tahu persis awal mulanya terbentuk. Ditanya satu per satu, mereka punya cerita versi masing-masing, bagaimana Lazer terbentuk.
“Lazer ga ada aturannya, ga ada ceritanya, ga ada skenarionya, tau-tau pada datang aja. Tadi aja gue tanyain satu-satu, elo kenal gue darimana? Ternyata masing-masing punya cerita versi masing-masing. Jadi kalau nanya Lazer ke gue, versinya versi gue. Nanya ke Dudi ya versi Dudi.” ucap Ai
Salah satu anggota Lazer, Adrian yang juga mantan Ketua OSIS, punya versi sendiri. “Asalnya Lazer, karena orangnya itu-itu aja kumpul dan kebetulan daerahnya di cempaka putih dan sekitarnya, akhirnya bergabung juga ada yang dari Supomo, Rasela, Pulo Mas.” ujar Adrian
“Kemudian ada satu acara pentas seni, saya membuat group band. Waktu group band terbentuk, ada Tohap, ada Yoyo. Nah akhirnya kita latihan didatangin, Ai datang, semua datang, bertambahlah anggota kita silahturahminya. Kenapa Tohap, karena bapaknya Tohap punya studio. Pada waktu itu disediakan tempatnya oleh bapaknya Tohap,” Adrian melanjutkan
Selain di studio Tohap, “Tempat kita biasa kumpul itu di rumahnya Ai di Cempaka Putih Timur XXIV No 42, sampe apal gue. Itu basecamp kita.” Ari menambahkan.
Mereka memang biasa kumpul di rumah Ai, dan orang tua Ai senang anaknya tidak kemana-mana, karena temen-temen Ai yang datang ke rumah. “Kadang-kadang gue belum pulang ke rumah, mereka dah pada makan siang di rumah gue.” seloroh Ai.
Lain lagi cerita versi Ferry, yang sering dipanggil Bung Ferry oleh Jakmania, “Saya tinggal di Rajawali sama Bira dan Gatot, kita kalau berangkat sekolah bertiga, waktu itu masih naik bis. Kalau malam minggu Bira ngajakin Saya dan Gatot ke rumah Ai. Jadi kenal sama Ai. Saya pernah diajakin nonton bola ke rumah Adrian, di rumah Adrian kenal sama Harry, karena dia (Harry-red) mecahin lampu waktu teriak gol.”
Begitulah, mereka terbentuk karena dari teman ke teman dan sering nongkrong bareng. Terkait nama Lazer, Bira punya kenangan. “Nama Lazer diambil dari nama bagian bawah skateboard, lalu saya membuat stiker dengan tulisan Lazer dan ditempel di mobil, banyak orang yang suka, minta dan ikut-ikutan nempelin, itulah awal mulanya nama Lazer,” kenang Bira
Pengalaman Seru Tak Telupakan…
Slogan iklan “ngga ada lo, ga rame”, di Lazer berubah jadi “Ga ada lo, lo di omongin.” Jadilah mereka berlomba-lomba datang setiap malam minggu di rumah Ai, karena takut di jadikan bahan celaan.
“Kalau lagi kumpul malam minggu, jam 7 malem biasanya kita pamit mau ngapel, padahal belum tentu punya pacar.” kenang Ari
“Biasanya kita sepakat, malam minggu jam 9 malam kita kumpul di basecamp, berusaha untuk selesai dari rumah pacar masing-masing, supaya kelihatan anak-anak baik, padahal sampe rumah Ai, kita kolek-kolek terus pergi ke Bandung, baru pulang besok pagi,” cerita Adrian dengan gaya khasnya.
“Kalau salah satu anggota kita malam minggu jam 9 belum ke tempat saya, kita jemput rame-rame, di jemput paksa, tapi kalau ceweknya masih pengen ngobrol, kita ikutan nongkrongin, ikutan ngobrol, sampe temen kita keluar dari rumah ceweknya, baru kita cabut semua,” Ai menambahkan sambil tertawa lepas.
Kami kesulitan mengorek kisah-kisah ‘kenakalan remaja’ mereka, karena mereka telah bersepakat bahwa aib tidak boleh di buka. Beberapa kali saat ada kisah yang akan diceritakan, yang lain bilang, “jangan-jangan itu aib.” Kalaupun ada cerita yang keceplosan, buru-buru mereka bilang “off the record.”
Sampai-sampai dalam satu acara family gathering, mereka bilang ke anak-anaknya, “Anak-anak mohon tidak menanyakan tentang masa lalu orang tua kalian kepada teman-teman orang tua kalian.”
Meskipun demikian ada beberapa kisah yang mereka ceritakan dan layak “tayang.”
Mereka pernah berkelahi gara-gara mereka datang acara ulang tahun ke rumah Avi, temannya Ai. Rumah Avi yang terletak di daerah Kodam, dulu terkenal banyak premannya. Saat mereka masuk daerah terebut, mereka diganggu. Mereka beradu mulut dan berkelahi. “Saya bahkan hampir kena tebas klewang.” kenang Ferry. “Di Lazer ada 2 jagoan, Chandra dan Ferry, siapapun yang punya urusan, mereka berdua yang turun,” ujar Harry.
Pengalaman seru lainnya, saat mereka jalan-jalan ke PRJ. Kalau mereka jalan biasanya bergerombol. “Terkadang ada temen jalan sendiri di depan, yang lain ngumpet, ntar dia celingukan. Terus suatu ketika, ada temen jalan di depan, kita narikin temen satu-satu untuk nunduk ngumpet, ternyata ada yang ngga sadar narik orang lain, orang itu bingung dan nanya ada apa mas koq kita nunduk, kita jawab ga tau, elu siapa? Akhirnya orang itu nyelonong sendiri, kita ketawa-tawa.” kata Ai.
“Pernah satu ketika nonton basket di Bulungan duduk di tribun penonton, SMA 1 vs SMA 6. Kalau SMA 1 masukin bola ke ring, maka kita nguyel-nguyel kepala temen yang duduk di bawah kita. Kita sadar, kalau di bawah pasti di uyel-uyel kepalanya, maka kita semua ke atas, kecuali satu orang, si Dudi,” cerita Ferry.
“Dudi nggak sadar kalau kita sudah di atas. Dudi paling dendam karena sering di uyel-uyel. Begitu SMA 1 masukin bola, Dudi uyel-uyel kepala orang yang di depannya. Begitu orang yang diuyel-uyel nengok, koq tampangnya kumisan, ternyata bukan temen kita, kayaknya sih guru. Nggak tahu guru mana yang di uyel-uyel kepalanya, ha ha ha ha.” lanjut Ferry sambil terbahak-bahak.
Erwan yang pendiam, punya pengalaman lucu tentang Ari. “Ari naik bis PPD 58 bareng saya. Dalam bis itu banyak anak baru Boedoet, salah satunya ada cewek yang diincer Ari. Cewek ini kenalin temennya yang anak Boeodoet juga ke Ari.
“Begitu Ari mau kasih tangan untuk kenalan, Ari lupa, yang mana temennya tuh cewek. Karena saking bingungnya, Ari nyalamin semua anak Boedoet yang ada dalam bis 58 itu. Padahal yang lain bukan temennya tuh cewek.” Erwan mengakhiri cerita disambut gelak tawa teman-teman Lazer lainnya.
Salah satu keunikan Lazer adalah, tidak ada anggotanya yang perempuan. Padahal mereka juga tidak pernah menentukan begitu. Ketika kami wawancara, ada 4 orang perempuan dari angkatan 84 yang hadir, diantara Evy, Imul, Nita dan Restu.
Mereka semua kagum dengan Lazer dan low profilenya mereka saat ini, padahal mereka semua orang-orang sukses di bidangnya masing-masing.
Aktifitas yang Bermanfaat…
Selain sering jalan-jalan, nongkrong bareng dan cela-celaan, mereka sering menyalurkan hobby dan kebersamaannya dalam kegiatan positif, seperti main band.
Bahkan pernah mereka menjadi pagar bagus profesional di beberapa pernikahan. “Bangga juga kita, masih SMA sudah bisa menghasilkan uang dengan menjadi pagar bagus,” ujar Ferry
“Sebetulnya kegiatan positif kita, masing-masing banyak disalurkan di organisasi masing-masing yang diikuti,” jelas Ai. “Bahkan sekarang kegiatan sosial kita, banyak ikut ke kegiatan sosial angkatan 84. Makin kesini, kita makin sadar, nggak cuma pertemanan, tapi harus ada kontribusi kepada yang lain.” tambah Ai
Sampai sekarang mereka masih melakukan kegiatan bermanfaat lainnya, seperti family gathering, main tenis bareng, santunan anak yatim, pengajian dan doa bersama untuk anggota keluarga mereka yang sedang sakit, buka puasa bersama dan lain-lain.
Rahasia Awet dan Solidnya Lazer
“Seneng aja kalau kumpul pade ketawa-ketawa, kenapa awet? Karena kalau ketemu seneng. Rata, semua orang jadi korban bully,” kata Tono. “Yang jarang datang yang sering di bully,” Tohap menambahkan.
Persaingan memperebutkan perempuan hal yang lumrah di Lazer. Saking bersaingnya, segala cara digunakan untuk bisa sekedar jalan bareng dengan perempuan idamannya.
Cerita yang lucu terjadi antara Ari dan Taufik. Ari suka dengan seorang perempuan, ternyata Taufik juga suka dengan perempuan tersebut. Sebut saja perempuan itu Indah (nama samaran-red).
Suatu ketika ada acara halal bi halal, Ari mengajak Indah pergi bareng. Ketika sampai di lokasi acara, Ari buka sepatu untuk ikut acara, karena acaranya di dalam masjid. Taufik yang merasa kalah bersaing, iseng ngumpetin sepatu Ari. Saat acara selesai Ari keluar masjid, dia kebingungan nyari sepatunya. Indah yang baru keluar juga bingung nyariin Ari.
Melihat Indah kebingungan, dengan santainya Taufik bilang, “Ari sudah pulang duluan, dia buru-buru karena ada urusan.” “Elo pulang bareng gue aja,” rayu Taufik kepada Indah. Indah yang merasa kesal, akhirnya pulang bareng Taufik. Taufik merasa menang bisa merebut Indah dari Ari.
Keesokan harinya di sekolah, akhirnya Indah tahu kalau Ari kemarin ternyata belum pulang, karena sibuk nyari sepatu. Ari juga tahu kalau sepatunya diumpetin Taufik supaya Indah bisa pulang bareng Taufik. Mereka semua tertawa mendengar betapa gigihnya Taufik untuk sekedar bisa jalan bareng Indah. Pada akhirnya tidak ada satupun dari mereka yang jadian.
Kalaupun akhirnya, ada anak Lazer yang punya pacar, mereka sepakat secara rahasia, nggak boleh ketahuan pacarnya masing-masing, bahwa Lazer No. 1 Pacar No. 2. “Makanya Lazer banyak nggak punya pasangan waktu SMA, supaya tak terganggu hubungannya di Lazer,” tambah Ai.
Salah satu anak Adrian terkagum-kagum, mereka nggak bisa ngebayangin, gimana dulu bapaknya, koq bisa sekompak itu sampai sekarang. “Kami bukan generasi twitter dan sosmed, jadi kalau silahturahim harus ketemu,” Adrian berteori. Bener juga sih.
Selama sepuluh tahun terakhir, mereka selalu berkumpul bahkan seminggu hingga dua kali. Minggu pagi main tenis bareng, rabu malam makan-makan. Hanya Gatot yang sering tidak hadir, karena kesibukannya sebagai dokter gigi. “Sebagai kompensasinya, biasanya ketika Gatot muncul, dan makan di restoran, kami hanya bayar 50 ribu per orang, sisanya semua Gatot yang bayar,” ujar mereka serempak.
Hingga saat ini mereka berteman secara tulus. Mereka tidak memandang siapa sebagai apa. Bahkan banyak diantara mereka yang tidak tahu jabatan anggota Lazer lainnya di kantor tempat mereka masing-masing bekerja. “Kami ingin berteman karena murni pertemanan, bukan karena melihat posisi atau jabatan seseorang,” ucap Adrian.
Betapa indahnya ketika pertemanan dilandasi ketulusan, semata-mata untuk menjalin silahturahim. Apalagi jika pertemanan itu bermanfaat untuk orang lain. Bahwa ada keuntungan di balik silahturahim, memang itu yang sudah dijanjikan oleh Allah swt.
How to spell : Love, Care, Fair, Share, Friendship, Togetherness, Brotherhood, Family Ties in one word ? LAZER. Sebuah nilai yang keren. (Ssahmullah Rivqi/Henk Mahendra)
Sumber: ikaboedoet.com
Comments
Post a Comment