Pemandangan dalam foto disebelah adalah foto hasil pencarian di mesin pencari Google, sangat dramatis. Untuk orang tua pemandangan di foto tersebut tentu sangat menakjubkan, menakutkan sekaligus mengerikan karena mereka begitu beraninya bermain-main dengan kematian. Tapi untuk kalangan anak baru gede hal seperti ini adalah, top...abis!!. Inilah dunia remaja, dunia ceria, dunia penuh gelak tawa dan selalu ingin menantang bahaya sekedar untuk menunjukan bahwa dirinya adalah seorang pemberani alias selon. Walau semua orang tua pernah mengalami masa-masa remaja dan bertingkah serupa layaknya remaja yang baru tumbuh akan tetapi ketika dihadapkan kepada sikap dan pergaulan remaja itu sendiri, semua orang tuapun akan gelek-gelek dan pusing tujuh puteran.
Fenomena kenakalan remaja seperti terlihat dalam foto tersebut pernah marak terjadi pada remaja-remaja ibu kota sekitar dekade tahun 90an dan awal tahun 2000an yang kemudian akhirnya hilang dengan sendirinya ketika rute-rute bus rawan tawuran dilikuidasi dan perlahan-lahan tapi pasti telah digantikan dengan moda transportasi modern bin nyaman, Trans Jakarta alias busway. Kenakalan remaja ibu kota memang tak pernah lekang oleh waktu, berganti generasi berganti pula pola dan modus kenakalannya. Kenakalan remaja bukanlah suatu penyakit yang harus dibasmi dan dihilangkan, karena kenakalan remaja adalah sebuah kodrat yang sudah pasti akan terjadi pada semua remaja. Jadi akrabi dan pahamilah kenakalan para remaja untuk kemudian mengarahkannya ke jalan yang lebih positif dan tidak merugikan diri sendiri serta orang lain.
Kenakalan remaja era 90an yang terjadi pada pelajar-pelajar Jalan Budi Utomo diapresiasikan dalam bentuk Basis, Basis adalah sekumpulan pelajar Boedoet yang menaiki armada angkutan umum dengan rute dan tujuan yang sama. Basis ketika itu sudah menjadi sebuah gaya hidup pelajar-pelajar Boedoet, pelajar yang tak tergabung di dalamnya sudah pasti masuk kelompok golongan anak mami yang hanya jadi pecundang dan bahan olok-olok di sekolah. Tradisi kekerasan pada pelajar Boedoet kala itu memang sudah diwariskan sejak dini, sejak pertama kali siswa menginjakan kaki sebagai siswa baru. Senior-senior Basis sudah mulai merekrut generasi-generasi baru untuk regenerasi berikutnya, para siswa di tatar atau diplonco dengan kekerasan seperti tamparan, tendangan dan pada akhirnya di didik untuk bertempur pada tawuran perdananya. Inilah fakta yang terjadi pada pelajar-pelajar STM di jalan Budi Utomo kala itu akan tetapi kekerasan seperti itu tak ada dan tak terjadi pada pelajar SMA nya, SMA 1 lebih cendrung pada perploncoan jahil, seperti harus joget-joget di Jalan Budi Utomo, harus bawa kompor, bawa coklat, bawa kue, bermacam-macam permintaan senior tetapi tidak sampai pada kekerasan fisik.
Apa hasil dari tataran STM kala itu? hasilnya adalah tawuran menjadi semakin sadis tanpa kenal belas kasihan, pelajar sudah nekat untuk saling melenyapkan nyawa sesama pelajar. Fenomena membunuh di kalangan pelajar bukan hanya terjadi pada pelajar Boedoet saja tapi sudah menular ke pelajar lain di Jakarta dan bodetabek. Tak hanya membunuh yang menjadi trend akan tetapi segala aktifitas kriminalitas lainnya pun mulai di praktekan seperti membajak bus, menjabret, menodong dan juga melawan aparat keamanan. Itulah sisi kelam yang pernah tertoreh dalam dunia pendidikan di Indonesia khususnya di Jalan Budi Utomo. Penyakit akut itu kini perlahan lahan tapi pasti telah sirna dari Jalan Budi Utomo, hanya ekses-ekses nostalgia masa lalu yang coba di hidupkan kembali oleh pelajar-pelajar saat ini namun tak begitu menggigit seperti dahulu kala.
Kini, generasi yang penah mengalami era tahun 90an sudah menua dan menjadi generasi tua yang mungkin sudah memiliki keluarga dan anak remaja. Mereka sudah menyadari kekeliruan di masa mudanya dan kembali memperbaiki diri untuk sebuah kehidupan yang lebih baik, baik untuk diri pribadi dan baik pula untuk keluarganya serta lingkungannya. Kemudian timbul pertanyaan apakah Basis-basis itu lenyap?, tentu tidak. Basis-basis itu tetap ada walau tak se eksis dahulu kala tetapi cendrung mati suri, hidup segan mati pun tau mau.
Fakta saat ini menunjukan bahwa Boedoet hanya tinggal tersisa 2 sekolah, SMKN 1 dan SMAN 1 dari sebelumnya terdapat 5 sekolahan, pagi dan siang. Disiplin sekolahpun sudah semakin ketat dengan tuntutan nilai-nilai yang tinggi, serta SPP yang sudah setinggi poonan, karena memang kini SMKN 1 sudah berstatus RSBI. Tentu sudah merupakan sebuah kemewahan dapat belajar di Jalan Budi Utomo saat ini. Ditambah dengan kemudahan kepemilikan sepeda motor, membuat semua orang tua berbondong-bondong membekali putra putrinya dengan sepeda motor untuk menuju sekolah. Maka SMKN 1 kini tak beda jauh layaknya sekolah-sekolah SMA, siswanya sudah tidak mayoritas pria karena prosentase pelajar pria dan wanita sudah seperti di sekolah umum lainnya. Jadi hanyalah mimpi dan khayalan belaka bahwa basis-basis di Boedoet akan bisa show of force seperti dahulu kala.
Bisa dikatan nasib Basis saat ini tak berbeda jauh dengan sebuah kelompok arisan atau mungkin tempat ibu-ibu ketawa ketiwi sambil ngerumpi ngalor ngidul, akan tetapi hanya segelintir pelajar yang terlibat didalamnya meriung bersama dengan alumni-alumninya. Dan jika kita perhatikan saat ini terdapat fenomena baru yaitu bahwa Alumni Boedoet saat ini lebih militan dan lebih nge-boedoet dari pada pelajar-pelajar boedoet nya itu sendiri. Terbukti dengan makin larisnya merchandise yang berbau Boedoet, dari yang murahan sampai yang sekelas distro, ludes banyak di buru para Alumni. Dan Tumplek bleknya para Alumni saat perhelatan akbar tahunan yaitu 20 Mei.
Lalu bagaimana dengan nasib para pelajar yang nge-basis pada era saat ini??
Saat ini di kalangan pelajar Boedoet dikenal istilah "All Base", istilah baru ini untuk mengantikan istilah lama yaitu "Ngalong". Akan tetapi nge-basis saat ini memang banyak kendalanya, disamping sudah banyak rute-rute bis yang di hapus, tawuranpun sudah tidak se ekstrim dahulu kala. Makanya tak heran jika Basis saat ini hanya di minati 3-5 orang per-angkatannya, sisanya memilih kendaraan bermotor. Dan populerlah All Base untuk mengisi kekosongan jalur-jalur yang telah ada selama ini.
Yang jadi pertanyaan di hati saat ini adalah, bagaimana nasib Basis ke depannya? Apakah dia hanya akan menjadi cerita komik tentang Super Hero yang tak terkalahkan??. Atau akan hilang dengan sendirinya di telan oleh jaman hingga akhirnya hanya menjadi catatan dalam sejarah yang kelam??.
Tak ada pilihan lain, Basis harus melebur diri dan mencari indentitas serta bentuk baru sebagai sebuah perkumpulan persaudaraan yang lebih mengedepankan perubahan-perubahan yang bersifat postif dan bermanfaat bagi generasi yang akan datang. Tak ada guna dan manfaatnya kita untuk tetap mempertahankan sebuah ego masa lalu tentang sebuah basis yang pernah melegenda tetapi pada kenyataannya kita terseok-seok untuk mempertahankan nama basis untuk tetap eksis di percaturan boedoet.
Sesepuh dan pendiri Basis harus dapat duduk bersama dan mencari sebuah pergerakan baru yang lebih bermanfaat kepada anggota-anggota basis yang telah berserakan entah kemana. Serta diperlukan kerja keras dari tiap elemen di dalam basis untuk sebuah konsolidasi ke dalam sehingga sebuah komunitas basis dapat semakin solid dan eksis. Jka konsolidasi sudah berjalan sebagaimana mestinya, maka program dan rencana apapun dapat dengan mudah dijalankan. Akan tetapi jika konsolidasi tidak berjalan sesuai dengan harapan, maka persiapkan diri untuk selalu menjadi motor yang tersengal-sengal dan ngos-ngosan kehabisan nafas...
#AbdiDalemBanget...