Skip to main content

Jalan Perwira (Willemslaan)

Foto sekitar awal abad ke-20 ini menunjukkan suasana di Brug (Jembatan) Willemslaan (kini Jalan Perwira), Jakarta Pusat. Jembatan ini berada di atas Sungai Ciliwung yang berdampingan dengan Masjid Istiqlal saat ini.Melalui foto tersebut, terlihat beberapa orang tengah berdiri di jembatan. Saat itu, Sungai Ciliwung masih lebar dan dalam.

Di Jl Perwira sekarang ini, jembatan tersebut sudah tidak terlihat lagi. Letak Masjid Istiqlal yang mulai dibangun setelah Indonesia merdeka kira-kira berada di sebelah kanan taman dan pepohonan yang dulu. Sebelum dibangun Istiqlal, taman itu bernama Wilhelmina Park yang diambil dari nama Ratu Belanda Wilhelmina. Dia adalah nenek Ratu Beatrix dan ibu Ratu Juliana. Wilhelmina Park merupakan salah satu tempat rekreasi yang terkenal di Batavia tempo dulu. Di sini, terdapat kebun yang luas dan konon terdapat >bunkir>, semacam terowongan yang menembus hingga ke istana. Karena itu, orang Betawi menyebutnya 'Gedung Tanah'.

Nama Willemslaan (Jl Willems) diambil untuk mengabadikan nama raja Belanda. Dia adalah kakek Ratu Wilhelmina dan ayah Ratu Emma. Selama empat generasi, Belanda diperintah seorang ratu dan baru sekarang ini memiliki putra mahkota yang akan menggantikan Ratu Beatrix.

Di sebelah kiri foto, terlihat sebuah pohon beringin besar. Kira-kira, di tempat inilah, pada tahun 1930-an, dibangun gedung Pertamina. PAda waktu bersamaan, di sebelahnya, terdapat gedung Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang pada masa Belanda merupakan kantor pusat KPM (Koninklike Paaketvard Matschapij). KPM ini memiliki lebih dari 100 armada samudra yang berlayar ke berbagai tempat di nusantara dan mancanegara. Setelah kemerdekaan, KPM dinasionalisasi dan menjadi Pelni (Perusahaan Pelayaran Nasional).

Willemslaan (Jl Perwira) pada masa kolonial merupakan kawasan yang elite dan asri karena sangat teduh. Sekarang, kawasan yang diberlakukan satu jalur ini sangat padat dan sebagian menjadi tempat parkir jamaah yang mengunjungi Masjid Istiqlal. Ketika hari-hari besar Kristen, seperti Natal, sebagian umat Kristiani memarkir kendaraannya di halaman Istiqlal sebagai lambang kerukunan beragama.

Pada masa kolonial, banyak nama jalan, jembatan, taman, dan lapangan yang diberi nama tokoh masyarakat Belanda. Misalnya, Juliana Weg (kini Jalan Slamet Riadi), Jan Pieterzoonweg (kini Jl Sultan Agung di Manggarai), Amsterdan Straat (kini Kalibesar Timur I), Benaris Gang (kini Jl Rawamangun), dan masih banyak lagi. Jalan Bungur Besar pada masa kolonial bernama Defensielejn van den Bosh, yaitu nama gubernur jenderal VOC dan garis pertahanan kota di bagian selatan.

SUMBER: Sumber : Alwi Shahab, wartawan Republika
http://koran.republika.co.id/berita/101623/Jembatan_Willem_di_Depan_Istiqlal

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi IKA BTOT 19A

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI IKATAN ALUMNI BOEDOET TOT 19A (IKA BTOT 19A) ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Dengan rahmat Tuhan yang Maha pengasih dan Maha penyayang, serta diiringi kesadaran akan kewajiban dan tanggung jawab sebagai alumni SMA Negeri 1, STM/SMK Negeri 1, ex.STM Negeri 5 (kini SMK Negeri 4), ex.STM PGRI 4 (kini SMK PGRI 10), ex.STM PGRI 5 (kini SMK PGRI 11) dan berdomisili di jalur Bis ex.Patas Mayasari Bhakti 19A jurusan Pasar Baru - Kalimalang. Yang dahulu atau kini sekolah-sekolah tersebut berkedudukan di Jalan Budi Utomo Jakarta Pusat dalam usaha pengabdian kepada almamater khususnya dan masyarakat serta bangsa pada umumnya, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, maka dengan itikad luhur demi terwujudnya cita-cita tersebut, dibentuklah suatu organisasi dengan nama Ikatan Alumni Boedoet TOT 19A. BAB I NAMA, WAKTU dan TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama Ikatan Alumni Boedoet TOT 19A, disingkat IKA BTOT 19A. 2. IKA BTOT 19A d