Skip to main content

SMK 11 PGRI (d/h STM 5 PGRI) >> Boedoet 5 Siang







Tahun 1973 Mengingat arti pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa dan negara serta keinginan membantu pemerintah dalam hal penyediaan sumber daya manusia (SDM) melalui dunia pendidikan serta melihat kemampuan dan keterbatasan daya tampung yang dimiliki sekolah kejuruan teknik negeri pada saat itu khususnya STM Negeri 5 Jakarta, maka atas gagasan dan prakarsa rekan-rekan guru STM Negeri 5 Jakarta (yang kini berganti nama menjadi “SMK Negeri 4 Jakarta”). Dibentuklah sebuah yayasan yang berbasis pendidikan teknik dengan nama “YAYASAN METROPOLITAN” dengan nama sekolah “STM METROPOLITAN” yang membidangi 5 program keahlian yaitu : Teknik Bangunan Gedung, Teknik Elektronika, Teknik Listrik, Teknik Mesin Produksi, dan Teknik Mesin Otomotif. Sementara gedung sekolah dan praktek menggunakan fasilitas yang dimiliki oleh STM Negeri 5 Jakarta, Ketua yayasan pada saat itu dipimpin oleh Bapak Suhyad Danuamiharja dengan Kepala Sekolah yaitu Bapak I. Y. Sumitro.

Tahun 1987 Kepala Sekolah Bapak I. Y. Sumitro diganti oleh Bapak MHS. Muhtar.

Tahun 1982 Pemerintah mengeluarkan kebijakan : Melarang seluruh sekolah swasta menggunakan fasilitas sekolah negeri, kecuali sekolah swasta bernaung dibawah yayasan PGRI. Dengan mengikuti kebijaksanaan pemerintah pada saat itu maka “STM METROPOLITAN” menjadi STM PGRI 5 Jakarta, pada saat itu kepala sekolah yang dipimpin oleh Bapak MHS Muhtar digantikan oleh Bapak I.Budi Suroyo.

Tahun 1995 Kepala Sekolah I.Budi Suroyo digantikan oleh Bapak Y.Sujono. Pemerintah mengeluarkan kebijakan : merubah nama sekolah kejuruan menjadi SMK, Menyikapi kebijakan pemerintah pada saat itu, maka STM PGRI 5 Jakarta menjadi SMK PGRI 11 Jakarta hingga saat ini, begitu juga STM Negeri 5 Jakarta menjadi SMK Negeri 4 Jakarta.

Tahun 1996 Berdasarkan instruksi dan kebijakan pemerintah : Gedung SMK Negeri 4 Jakarta yg pada saat itu berlokasi di Jalan Budi Utomo no.5 dipindahkan kegedung yang baru yang dibangun atas bantuan dana Bank Pembangunan Asia, berlokasi dijalan Rorotan VI, Cilincing, Jakarta Utara. Pda saat itu juga pemerintah mengeluarkan peraturan/kebijakan pemerintah yang menyatakan bahwa sarana gedung beserta fasilitas milik SMKN 4 Jakarta tidak boleh digunakan selain daripada peruntukan kegiatan SMKN 4 Jakarta. Hal ini merupakan suatu ujian dan tantangan yang cukup berat bagi kelangsungan dan keberadaan SMK PGRI 11 Jakarta.

Tahun 1997 Menyikapi kebijakan tersebut melalui perjuangan panjang, berliku-liku dan melelahkan bahkan SMK PGRI 11 Jakarta sempat hampir tutup dikarenakan tidak memiliki sarana/fasilitas gedung sendiri, sedangkan SMKN 4 Jakarta selaku mitra kerja yang selama ini ditumpangi pindah kelokasi yang baru, sementara pembina lokal / kepala sekolah SMKN 4 Jakarta pada saat itu sangat tidak memikirkan dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap kelangsungan SMK PGRI 11 Jakarta. usaha demi usaha serta kerja keras terus dilakukan tanpa kenal lelah demi kelangsungan dan keberadaan SMK PGRI 11 Jakarta oleh Bapak Y.Sujono selaku kepala sekolah dan didampingi oleh beberapa guru yang peduli terhadap kelangsungan dan keberadaan SMK PGRI 11 Jakarta, Kepala SMK PGRI 11 Jakarta menghadap Kepada Ibu Dra. Hj. Erna Suparman selaku anggota DPR RI, kemudian oleh beliau diberi rekomendasi dan pengantar untuk menghadap Bapak Supriadi anggota DPRD DKI JAKARTA yang membidangi pendidikan. keesokan harinya Bapak Y.Sujono selaku kepala sekolah melalui telepon mendapat undangan rapat dari KaKanwil guna membahas permasalahan Bapak Y.Sujono selaku kepala sekolah didampingi 2 orang guru memenuhi undangan rapat KaKanwil, dalam rapat hadir pejabat KaKanwil, Ketua Yayasan, Ketua SMKN 4 Jkt yang baru (Bapak Bowo Irianto) serta Kepala BPKPT,kemudian atas kebijakan serta kearifan Bapak Awlinurdin selaku Kakanwil dan kemurahan hati serta kebaikannya Bapak Bowo Irianto selaku Kepala SMKN 4 Jkt juga atas kebaikan Bapak Supriadi selaku Ketua BPKPT didalam memikirkan kelangsungan dan keberadaan SMK PGRI 11 Jkt. Hasil rapat pada saat itu memutuskan kebijakan bahwa SMK PGRI 11 Jkt mulai tahun tersebut untuk sementara waktu selama bangunan sekolah SMK PGRI 11 Jkt belum selesai diperbolehkan menggunakan gedung dan fasilitas BPKPT dan SMKN 4 Jkt.

Tahun 1998 “Alhamdulillah” berkat ridho dan ijin Allah SWT, Serta perjuangan dan kerja keras yg tak kenal lelah dari kepala sekolah Bapak Y.Sujono beserta guru-guru SMK PGRI 11 Jkt serta dukungan dari mitra sekolah SMKN 4 Jkt, berdirilah bangunan sekolah pertama SMK PGRI 11 Jkt dan tahapan pembangunan selanjutnya :

Tahun 2002 Bangunan tahap ke2, gedung pembelajaran / Ruang kelas

Tahun 2003 Bangunan tahap ke3, Gedung 2 lantai untuk Ruang Kantor, Perpustakaan dan Lab. Komputer.

Tahun 2006 Bangunan tahap ke4, Perencanaan dan pelaksanaan bangunan gedung 3 lantai peruntukkan ruang lab/praktek serta ruang pembelajaran / Ruang kelas, sedang dalam proses pelaksanaan / pembangunan. Insya Allah atas izin dan Rahmat serta RidhoNya pada saat tahun 2007 ini akan selesai tahapan pelaksanaan bangunan lantai pertama.

Tahun 2007 Kepala Sekolah Bapak Y.Sujono digantikan oleh Bapak Zulfahmi.

Usaha membangun dan mengembangkan SMK PGRI 11 Jkt tak pernah padam, selama kami masih diberi waktu dan kesempatan oleh Allah SWT, Selaku Kepala sekolah beserta guru-guru, staff dan karyawan SMK PGRI 11 Jkt akan terus berkarya dan berbakti demi siswa/i SMK PGRI 11 Jkt dan demi pendidikan generasi dimasa yang akan datang dan kami selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kemajuan SMK PGRI 11 Jakarta.

Demikian sekilas tentang gambaran sejarah singkat perjuangan berdirinya SMK PGRI 11 Jkt, semoga ringkasan sejarah ini dapat menjadi bahan pelajaran bagi kita sebagai generasi penerus dan menambah rasa hormat, bangga, serta kecintaan kita pada SMK PGRI 11 Jkt baik Kepala sekolah, pembina, dewan guru, staf dan karyawan serta siswa/i SMK PGRI 11 Jakarta.

SUMBER: http://pgri11.wordpress.com/about/


Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida