Skip to main content

Peringatan Maulid Nabi di SMK Negeri 4 Jakarta


Jakarta-KIR4. Peringatan maulid Nabi dilakukan dalam rangka mengingat kelahiran, keistimewahan, mukjizat dan mengetahui akhlak rosul shaallahu’alahi wa salam. Dalam rangka memperingati acara tersebut SMKN 4 Jakarta bekerja sama dengan eskul rohis SMKN 4 mengadakan Tabligh Akbar dengan tema” Pemuda Islam dalam Menghadapi tantangan Zaman.” Acara Tabligh Akbar yang berlokasi di Masjid Al Falah pada pukul 07.00-11.00 WIB dihadiri oleh seluruh warga SMKN 4 Jakarta(26/01).

Sebelum memulai acara ini kepala sekolah Bapak Drs. Kholil,M.Si memberikan sambutan mengenai acara tersebut. beliau mengatakan “Siswa-siswi SMKN 4 sudah memberikan sedikit contoh yang baik seperti yang telah diajarkan oleh Rasullallah dengan datang dalam rangka menghadiri kegiatan yang mulia ini. Tidak hanya itu, dengan mendengarkan ilmu yang disampaikan oleh penceramah merupakan salah satu bentuk mengaplikasikan ajaran Rasullallah di kehidupan sehari-hari. Acara selanjutnya dilanjutkan dengan materi inti yang disampaikan oleh ustaz Abu Ihsan Al-Atdary dan ustaz Asyari Mahdi. Dari materi yang disampaikan tentang tema “Pemuda Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Dalam isi ceramahnya Beliau mengaitkan berdasarkan kehidupan nyata anak-anak muda di zaman sekarang, dengan cara simple  dan dapat dimengerti oleh siswa-siswi SMKN 4 Jakarta.

Acara dilanjutkan kembali dengan sesi tanya jawab, ternyata antusias mereka sangat positif terlihat banyak siswa-siswi yang membuat pertanyaan. Dari beberapa pertanyaan yang dikumpulkan dipilihlah pertanyaan yang mewakili sesuai tema yang telah disepakati di antaranya; Bagaimana cara seseorang agar tidak fanatik terhadap islam terutama orang yang berjenggot atau bercadar? Pertanyaan selanjutnya sebagai pemuda apa yang harus dilakukan agar pergaulan remaja di zaman sekarang tidak salah jalan atau ke hal negatif? Dan pertanyaan ketiga Bagaimana memandang masa depan dalam prospektif islam khususnya kita sebagai pemuda? Dari beberapa pertanyaan tersebut sudah mewakili tema yang telah ditentukan. Saya mengutip jawaban Beliau di pertanyaan yang ketiga pada hakikatnya masa depan bagi seorang muslim yang terpenting beriman dan bertaqwa. Sebagaimana Allah berfirman dalam(QS Ali Imran ayat 102) “Wahai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam”

Acara dilanjutkan kembali dengan MC yang bersemangat dan siswa-siswi pun menjadi terbawa semangat dengan mengumandangkan Takbir. Dalam acara tersebut telah disiapkan door prize kepada siswa- siswi yang telah dibacakan pertanyaan dan dijawab oleh ustaz. Mereka mendapatkan hadiah sebuah buku panduan berwudhu dan sholat yang telah disediakan ustaz sebagai penceramah .Sebelum penutup acara hiburan yaitu penampilan dari eskul hadroh SMK 4  dan penutup pembacaan doa oleh ustaz Masyrik beliau menyimpulkan materi ini agar umat islam harus kokoh dalam pondasi islam terutama akhlak yang harus sesuai dengan ajaran Rasullallah . (Asep)

Sumber: smkn4jkt.sch.id

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida