Skip to main content

Panggilan Turun Gunung buat Alumni SMA 1 Boedoet

PERSOALAN pendidikan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Kesadaran pemikiran itu yang kini sedang dijalankan sejumlah alumnus SMA Negeri 1, Jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat, lewat program Bimbingan Belajar Bangkit Boedoet.

Tergabung dalam komunitas Ikaboedoet (Ikatan Alumni SMA Negeri 1 (Boedoet)), para alumnus sekolah tingkat atas tertua di Jakarta itu memiliki visi untuk terus meningkatkan mutu pendidikan sekolah mereka sebagai sekolah unggulan.

Ketua Umum Ikaboedoet Chairul Tanjung, saat meresmikan peluncuran Bimbingan Belajar Bangkit Boedoet, mengatakan sudah sejak lama perhatian para alumnus diberikan kepada mutu pendidikan sekolah mereka.

Bantuan tersebut bahkan secara nyata menyangkut pembangunan infrastruktur sekolah.
PT Trans Corporation itu mengatakan kali ini yang paling terpenting ialah kualitas pendidikan sekolah melalui program bimbingan belajar, dengan harapan peserta didik memiliki bekal cukup untuk menempuh masa depan.

“Kami sifatnya membantu. Infrastruktur SMA Negeri 1 sudah kami perbaiki, sekarang tinggal software atau menyangkut kualitas pendidikannya. Alumninya yang sudah berhasil dari UI, ITB, maupun kampus unggulan lain turun gunung untuk membantu para siswa agar bisa meningkatkan kualitas belajar dan lulus UMPTN,” papar Chairul, kemarin.

Secara teknis, bimbingan belajar yang diberikan para alumnus ialah dengan menjalankan pendidikan tambahan kepada siswa didik di luar jam sekolah.

“Ini semua gratis. Targetnya supaya yang lulus UMPTN lebih banyak. Waktunya di luar jam sekolah, mereka diberi tambahan belajar untuk persiapan ke jenjang lebih tinggi,” ungkap alumnus tahun 1981 itu.

Chairul mengingatkan tantangan hidup di masa depan semakin besar. Untuk itu, para generasi muda dituntut memanfaatkan kesempatan yang ada sejak dini.

Dalam kesempatan itu, Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Pusat Sujadiono mengatakan pihaknya sangat mendukung keberadaan program tersebut. Menurutnya, hal itu menjadi bentuk kepedulian nyata para alumnus dalam dunia pendidikan.

Sumber: ikaboedoet

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida