Skip to main content

Membuat Cluster BOEDOET 91 di Surga

Obrolan ringan beberapa alumni SMA Negeri 1 BOEDOET Jakarta angkatan 91, di pertengahan bulan September 2013 ternyata menghasilkan satu ide yang sangat dahsyat. Ide untuk membuat kebiasaan kumpul-kumpul alumni BOEDOET 91 menjadi lebih berarti, bermakna dan bermanfaat. Ide tersebut mulai diwujudkan dalam suatu kesepakatan untuk membentuk acara silaturahim rutin bulanan yang diisi dengan kajian Al Qur’an secara ringan. Sehingga di acara kajian tersebut selain bisa memperkuat jalinan persahabatan yang sudah ada juga akan menambah pengetahuan agama Islam.

Hari Minggu, bulan Oktober pekan ke-3 tahun 2013, diselenggarakan acara perdana kajian Islam BOEDOET 91. Selanjutnya acara kajian tersebut dilakukan rutin setiap hari Minggu, di pekan ke-3 setiap bulan. Penyelenggaraan acara kajian dilakukan dari rumah ke rumah alumni BOEDOET 91 sampai dengan penyelenggaraan ke-5. Mulai dari penyelenggaraan acara ke-6, bulan April 2013, acara kajian Islam BOEDOET 91 diadakan di aula sekolah tercinta SMA Negeri 1 BOEDOET Jakarta yang berlangsung rutin hingga saat ini.

Penyelenggaraan acara kajian Islam BOEDOET 91 dengan tagline “Membuat Cluster BOEDOET 91 di Surga” dilakukan oleh alumni BOEDOET 91 secara swadaya. Mulai dari pemateri, izin pemakaian fasilitas sekolah, penyediaan konsumsi berupa makan siang, cemilan, dan minuman dilakukan secara gotong royong.

Dalam kurun waktu 2 tahun tersebut, acara kajian Islam BOEDOET 91 sudah 2x diselenggarakan di bulan suci Ramadhan. Khusus di bulan Ramadhan, acara kajian Islam dilanjutkan dengan buka puasa dan dilanjutkan dengan sholat Maghrib, sholat Isya dan sholat sunnah Tarawih berjamaah.

Memang harus diakui bahwa tingkat kehadiran alumni BOEDOET 91 di acara kajian Islam ini berfluktuasi. Kadang di satu penyelenggaraan acara kajian dihadiri oleh sekitar 40 orang, tapi juga pernah terjadi acara kajian Islam tersebut hanya dihadiri oleh 7 orang. Walau demikian, alhamdulillah, acara kajian Islam BOEDOET 91 tetap eksis dan berjalan secara rutin selama 2 tahun.

Penyebaran informasi acara kajian Islam BOEDOET 91 selalu dilakukan 2 minggu sebelum penyelenggaraan. Undangan kepada alumni BOEDOET 91 disampaikan melalui media sosial Facebook dan media komunikasi BlackBerry Messenger, Whatsapp dan SMS. Topik kajian selalu berganti setiap bulan, disiapkan oleh pemateri yang juga alumni BOEDOET 91.

Selalu ada harapan agar partisipasi alumni BOEDOET 91 meningkat baik sebagai peserta maupun sebagai pemateri dan bentuk partisipasi lainnya. Walaupun kita semua tahu bahwa semua yang dilakukan adalah sekedar mengajak, sesuai dengan ayat Al Qur’an yang selalu dibaca oleh pemateri kajian setiap membuka acara kajian Islam BOEDOET 91 :

“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” – QS Al Qashash (28) : 56. (Luthfi Jamili)

Sumber: ikaboedoet.com

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida