Skip to main content

Norman Yudha, Terpilih Menjadi Ketua Ikaboedoet Angkatan 2010

Reuni Akbar Boedoet 2015 bukan hanya ajang berkumpulnya kembali angkatan Boedoet 2010. Pada hari tersebut angkatan 2010 mengakui bahwa kontribusi angkatan kepada Ika Boedoet, serta aspirasi angkatan di Ika Boedoet tidak tersampaikan. Beberapa dari anggota Duta Boedoet 2010 kemudian mencanangkan ide untuk melaksanakan pemilihan Ketua Angkatan. Setelah berdiskusi melalui media group Line, hampir seluruh anggota Boedoet 2010 menyetujui pengangkatan ketua ini. Pemilihan tersebut dilaksanakan dengan mengangkat 4 nama calon yakni, Norman Yudha Setiawan dengan nomor urut (1), Luke Nugroho (2), M. Reza Ramadhan (3), Tiko Dhafin Rizky (4).

Pemilihan dengan sistem vote melalui group Line dan Facebook berlangsung selama 6 hari, yakni sejak tanggal 19 Oktober 2015 hingga 24 Oktober 2015 pukul 21:04 WIB. Pengumuman ketua angkatan diumumkan pada tanggal 25 Oktober 2015 pukul 10:03 WIB melalui media group Line dengan hasil sebagai berikut :

Norman Yudha Setiawan (64 suara)
Luke Nugroho (14 suara)
Reza Ramadhan (60 suara)
Tiko Dhafin Rizky (22 suara)

Seluruh suara yang terhitung sudah dipastikan sah dengan akumulasi melalui group Line dan Facebook. Maka dari itu, diangkatlah Norman Yudha Setiawan sebagai Ketua Angkatan 2010 serta ketiga nama berikutnya menjadi pengurus. Tiko Dhafin Rizky menjadi Kordinator Internal di mana Luke Nugroho tergabung di dalamnya. Sedangkan M. Reza Ramadhan menjadi Kordinator Eksternal.

Saat ini, pengurus angkatan 2010 sudah terdiri dari 16 orang yang terbagi menjadi Sekretaris, Bendahara, Divisi Internal, Divisi Eksternal, dan Humas. Angkatan 2010 berencana untuk menjaga hubungan dengan Ika Boedoet agar terjalin komunikasi yang lebih baik serta diharapkan pengurus dapat menjadi jembatan antar angkatan dalam menyampaikan aspirasi dan kontribusi yang maksimal.

Boedoet 2010 dapat dihubungi melalui Norman (Phone/WA : 0812-2104-8971) atau via email : boedoet2010.official@gmail.com.

Salam hangat dari angkatan 2010!

Sumber: ikaboedoet.com

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida