Skip to main content

Save Boedoet

"JANGAN WARISKAN DENDAM KEPADA KAMI"
in memorial: Rival 913

Yang jelas hari ini kita semua tersentak dengan tewasnya siswa SMKN 1, lagi dan lagi. Selalu terulang dan terulang dari tahun ke tahun tanpa ada solusi yang terbaik dari semua pihak. Yang masih berjiwa muda berteriak "Nyawa di bayar Nyawa!". Yang berjiwa setengah tua berkata "Turut berduka cita, Serahkan semuanya kepada pihak yang berwajib. Jangan main hakin sendiri, kita ini negara hukum, serahkan semuanya
kepada hukum yang berlaku!". Sedangkan yang sudah tua hanya bisa mengurut dada dan berguman "Innalilahi wainnalilahi rojiun". Dan beberapa bulan kemudian berita duka ini pun hilang ditelan angin.

Lalu apa?? lalu kita tunggu lagi berita duka berikutnya, agar jiwa "Boedoet" kita kembali menggelora lagi dan kembali
mengulang kalimat2 diatas berdasarkan tingkatan usia dan kedewasaan dari masing - masing orang. "Tidak bosan?".
Kalau saya sih merasa bosan dan sayang pada generasi berikutnya yang akan selalu mewarisi dosa - dosa generasi sebelumnya,
dosa apa?.

Dosa itu bernama "Dendam". Tanpa kita sadari, Balas Dendam akan melahirkan Balas Dendam berikutnya, berikutnya dan berikutnya. Itulah yang telah kita wariskan pada generasi setelah kita, ini adalah ekses dari Show Of Force Basis dengan acara "Tataran-nya". Basis telah pula mewariskan musuh - musuh abadi yang harus diteruskan oleh generasi berikutnya.

Jadi kesimpulannya, apapun usaha dari pihak sekolah serta ikatan alumni untuk meredam tradisi tawuran di Boedoet khususnya di SMKN 1 semua akan percuma dan hanya menjadi sia - sia belaka. Karena semua usaha positif tersebut akan kembali di mentahkan oleh dominasi kekuatan basis yang masih melekat kuat di Boedoet karena sudah berjalan selama dua dekade. Perlu kesadaran dari senior - senior di Basis untuk sedikit demi sedikit mengikis dan menghapus dendam yang telah berkarat. Senior - senior di Basis sudah saatnya merubah paradigma lama dengan sebuah paradigma yang baru, bahwa masa depan generasi yang gemilang hanya dapat diraih dengan kemampuan "Otak" bukan dengan kekuatan "Otot".

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida