Skip to main content

Dibo Piss: Saya Siap Duel Rebut DKI 1 (STMN 1'93)

MENURUTNYA, saat ini dirinya sedang membentuk koordinator tingkat RW. Karena, sebagai calon independen Dibo harus mampu membentuk mesin hingga akar rumput untuk bersaing dengan calon dari kalangan parpol.

Terkait syarat dukungan, Dibo yakin kalau dirinya mampu mengunpulkan KTP hingga 300-500 ribu orang untuk disetorkan ke KPUD sebagai syarat calon independen.

“Karena tingkat kelurahan sudah terbentuk lama saat Pileg 2009 lalu. Dan kini tinggal tingkat RW yang sedang kita garap. Insya Allah akhir tahun 2011 semuanya kelar,” ujar  Dibo saat ditemui di markasnya di kawasan Kalibata, Jaksel.

Dibo melanjutkan, dirinya maju sebagai cagub karena dorongan dari anak-anak muda ibukota yang menginginkan perubahan. “Saya membentuk relawan Dibo Piss hanya modal dengkul. Saya maju karena anak muda ingin punya perwakilan di DKI. Apalagi selama ini pemprov telah melupakan peran pemuda jadi ini kemauan teman-teman yang aktif di Slankers,” tegasnya.

Saat ditanya apakah dirinya tidak kapok kalah seperti mencalonkan anggota DPD RI? “Orang berfikir saya keluar uang banyak saat mencalonkan DPD, padahal tidak. Buat apa saya keluar dana hanya untuk mengejar kekuasaan. Saya katakan kepada teman-teman kalau ingin maju ayo kita bergerak, jadi pembentukan relawan itu dananya dari iuran anggota,” ungkapnya.

Antusias relawan kata Dibo tetap semangat walaupun kurang beruntung dalam merebut kursi DPD. Buktinya, saat ini mobil ambulan gratis yang dikhususkan buat orang miskin bertambah. “Mobil jenazah yang dikelola relawan terus bertambah. Dan ini hasil kerja keras kawan-kawan dalam melayani orang tidak mampu, kalau saya keluar uang banyak mana mungkin saya mampu beli ambulan lagi,” tambahnya.

Saat ditanya kenapa dirinya tidak mencari dukungan ke parpol? “Parpol itukan pertanyaannya program apa yang akan anda bawa buat mengubah DKI, tapi berapa banyak uang yang akan kita bawa. Saya ini bersama kawan-kawan adalah orang independen, jadi yang kita tawarkan bukan uang melainkan konsep dan program untuk mensejahterakan rakyat,” tukas Dibo.

■ Senja A
http://www.jakartafokus,com


Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida