Tulisan ini hanyalah sedikit ulasan tentang polemik yang terjadi sebelum dan sesudah berdirinya IKAT 1, bukan maksud penulis untuk memperkeruh suasana yang memang sudah keruh, tapi sedikit banyak para pembaca dapat memahami situasi yang sedang terjadi saat ini. Harapan penulis semoga para pembaca dapat lebih bersikap dewasa dalam berpikir, bijak dalam bersikap serta cerdas dalam bertindak. Selamat membaca....
Boedoet lahir dan besar karena adanya sebuah tradisi yang berkembang didalamnya, tapi tidak banyak yang mengetahui bahwa Boedoet, Boedi Oetomo, Stovia, 1908 dan Jalan Budi Utomo sedikitpun tidak mempunyai hubungan sejarah apapun juga. Tapi karena semua itu sudah menjadi tradisi yang diteruskan secara turun menurun dari generasi ke generasi, sehingga menjadi sebuah komoditas yang laku dijual ke pasar. Tapi tahukah para pembaca bahwa Boedoet hanyalah sebuah genk pelajar?, genk yang tidak pernah diakui keberadaannya oleh pihak sekolah tapi dibiarkan tetap tumbuh subur didalamnya selama puluhan tahun sejak berdirinya sekolah - sekolah di Jalan Budi Utomo. Mari pembaca kita sedikit membuka buku Sejarah....
Boedi Oetomo adalah Organisasi Pergerakan Kebangsaan yang berdiri pada 20 Mei 1908, yang kemudian setiap tahun diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional. Stovia adalah sekolah kedokteran pribumi di jaman Hindia Belanda yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jalan Budi Utomo adalah sebuah ruas jalan di Sawah Besar Jakarta Pusat, dimana diruas jalan tersebut di era tahun 80 - 90an terdapat 1 sekolah menengah atas negeri, 2 sekolah kejuruan negeri dan 2 sekolah kejuruan dibawah naungan yayasan PGRI. Tercatat dalam beberapa literatur bahwa SMA Negeri 1 berdiri pada Maret 1946, STM Negeri 1 yang kemudian berubah nama menjadi SMK Negeri 1 telah ada sejak tahun 1906. STM Negeri 5 dan STM 5 PGRI yang kini sudah direlokasi kedaerah Rorotan Cilincing Jakarta Utara dahulu sebelum dibongkar menempati posisi ditanah yang sekarang menjadi ruang praktek SMK 1, hanya bangunan bagian depan yang tersisa dan dipergunakan sebagai showroom mobil. STM Negeri 5 sendiri telah ada sejak tahun 1955, dan kini berganti nama menjadi SMK Negeri 4. Sedangkan STM 5 PGRI yang kini bernama SMK 11 PGRI telah ada sejak 1973. Lalu yang terakhir adalah STM 4 PGRI yang kemudian berubah nama menjadi SMK 10 PGRI dahulu menempati ruangan belajar di SMK 1. Kemudian STM 4 PGRI direlokasi dan sampai saat ini penulis tidak mengetahui dimana sekolah tersebut berada.
Dan jika para pembaca telah menyimak sedikit cuplikan sejarah diatas, maka para pembaca akan memahami dan mengerti bahwa tidak ada sedikitpun hubungan sejarah antara sekolah - sekolah di Jalan Budi Utomo dengan organisasi Boedi Oetomo serta Stovia. Penulis berharap tidak ada lagi perayaan Ulang Tahun Boedoet di setiap tgl 20 Mei yang hanyalah sebuah kesia-siaan belaka dan selalu saja menimbulkan korban, perlu juga diketahui bahwa kata - kata Boedoet tidak pernah diketahui kapan,dimana dan oleh siapa pertama kali dipergunakan di Jalan Budi Utomo. Oleh masyarakat Jakarta, Boedoet menjadi sebuah sebutan untuk pelajar - pelajar yang bersekolah di Jalan Budi Utomo. Lalu kenapa Boedoet menjadi begitu terkenal di seantero Jabodetabek dan Indonesia?, semoga pembaca tidak bosan untuk menyimak tulisan berikut ini.
SMA 1 & STM 1 tercatat menjadi sekolah tertua di Republik ini, lulusan Jalan Budi Utomo telah mengiringi perjalanan sejarah Negeri ini dalam berbagai bidang. Sehingga wajar adanya jika diera tahun 1950 s/d 1980 sekolah di Jalan Budi Utomo menjadi sekolah favorit dan selalu menjadi rebutan. Tapi masa keemasan sekolah-sekolah di Jalan Budi Utomo mulai meredup ketika memasuki era tahun 1990an, era prestasi mulai berganti menjadi era tawuran pelajar. Boedoet telah berganti wajah menjadi menjadi sosok dan momok yang menakutkan bagi warga Jakarta, gabungan pelajar dari 5 sekolah yang jika dikalkulasikan bisa berjumlah ribuan siswa. Keadaan ini diperparah dengan menyebarnya tempat tinggal siswa hingga ke pelosok Jakarta, sehingga menimbulkan gerombolan-gerombolan pelajar yang hendak pulang atau pergi kesekolah menggunakan angkutan umum. Karena banyaknya siswa yang menggunakan angkutan umum serta banyaknya rute-rute yang dilaluinya sehingga mau tidak mau hal itu menimbulkan gesekan-gesekan dengan pelajar dari sekolah yang dilalui rute angkutan umum tersebut. Maka sejak itu dimulailah era kelahiran Basis - basis bis yang dipelopori oleh pelajar Budi Utomo. Tawuranpun menjadi sebuah tradisi yang kronis dan selalu menimbulkan korban jiwa dari tahun ke tahunnya. Boedoet menjadi sebuah sosok yang brutal, sadis dan menakutkan tidak hanya untuk masyarakat tapi aparat pemerintahanpun dibuat kewalahan. Tawuran menjadi sebuah kebanggaan sehingga melahirkan sosok-sosok jagoan yang disegani, akhirnya satu generasi telah melupakan cita-cita dan tujuannya kenapa mereka harus bersekolah.
Kini zaman telah berubah, erapun telah berganti. Boedoet telah berbenah diri dan mulai mempersiapkan diri untuk kembali kepada masa keemasaanya. SMA 1 telah jauh-jauh hari berbenah diri, para Alumninya telah berikrar untuk memajukan SMA 1 dan membantu para siswa-siswanya dalam sebuah ikatan bernama IKABU 7 (Ikatan Alumni Budi Utomo 7). Gedung sekolah direnovasi besar-besaran untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman untuk siswanya, siswanyapun dimotifasi dengan berbagai kemudahan beasiswa. IKABU 7 telah bersinergi dengan pihak sekolah dan mulai memainkan peran pentingnya didalam dunia pendidikan di SMA 1. Bagaimana dengan SMK 1 dan yang lainnya?,,,,
Para Alumni STM 1, STM 5 dan PGRI telah lama tertidur, mereka kebanyakan sibuk dengan urusan Basis atau sibuk mencari pekerjaan. Lulusan Boedoet di era 90an adalah lulusan yang banyak di black list oleh perusahaan2 apalagi jika nilai akademiknya pas-pasan. Mungkin nasib lulusannya sedikit lebih baik jika mereka meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga keahliannya dapat diserap oleh pasar. Sedangkan lulusan dengan nilai pas-pasan, dengan keahlian hanya tawuran serta di black list pula untuk mendapatkan surat kelakuan baik dari kepolisian. Sudah cukup untuk menciptakan sebuah generasi yang terpinggirkan dan hanya menjadi penonton akan kemajuan bangsa ini. Dan era Basis di Boedoet sudah mulai meredup, satu persatu basis telah mati karena sudah tidak ada lagi penerusnya.
Era Facebookpun dimulai, ribuan Alumni Boedoet bertemu dan berkenalan di jejaring sosial ini, saling bertukar status atau info-info lainnya. Dikemudian hari lahirlah id Boedi Oetomo yang menghimpun ribuan Alumni Boedoet di Facebook, romantisme masa lalu lahir kembali disini dan basis-basis kembali coba dihidupkan kembali oleh pemilik id ini. Memang harus diacungkan jempol maksud dari didirikannya dari id tersebut, mempertemukan rekan-rekan Boedoet yang telah terpisahkan oleh waktu. Kegiatan dan pertemuan antar Alumnipun mulai sering terjadi dan mencapai klimaksnya ketika diadakannya Reuni Akbar Boedoet di tahun 2010, acarapun sukses.
Tapi perlu semua kita cermati dari kejadian-kejadian diatas. Ketika Reuni Boedoet 2010 terjadi itu bukanlah perhelatan yang diadakan murni oleh Alumni-alumni STM 1, itu adalah perhelatan yang diadakan oleh gabungan alumni-alumni Boedoet dari berbagai Basis yang pernah ada. Jika ada rekan-rekan yang hadir pada saat acara tersebut berlangsung mungkin sudah paham akan suasana yang terjadi kala Reuni Akbar tersebut berlangsung. Ini adalah Reuni gabungan antara STM 1, STM 5, STM 4 PGRI dan STM 5 PGRI dari berbagai basis yang diselenggarakan di SMK 1. Ada khabar miring bahwa pihak sekolah kurang berkenan dengan acara reuni gabungan yang menempati lokasi sekolah. Di reuni ini bertemulah para Alumni dari Era sebelum atau sesudah adanya basis di Boedoet. Alumni dari berbagai Basis sudah pasti akan datang dengan gerombolan basisnya, tapi para Alumni dari tahun 50 s/d 80an sudah pasti tidak mengenal arti basis. Mereka datang seorang diri untuk tujuan bertemu dan bersilahturami dengan teman-temannya semasa bersekolah dahulu. Ternyata harapan tinggallah sebuah harapan, yang mereka temui hanyalah sebuah atraksi dari masing-masing basis yang ada.
Harus para pembaca mengerti, bahwa pihak sekolah dimanapun berada hanyalah menanggani pendidikan untuk siswa-siswi yang belajar didalamnya sampai mereka lulus. Setelah mereka menjadi seorang Alumni, bukan menjadi sebuah kewajiban pihak sekolah untuk mengadakan perhelatan akbar seperti Reuni atau registrasi para anggotanya. Makanya diciptakanlah sebuah organisasi yang bernama Ikatan Alumni, dimana organisasi ini akan berkerjasama dengan pihak sekolah dalam hal menjalankan kegiatan serta kesekretariatan. Sekretariat Ikatan Alumnipun rata-rata berada dilingkungan sekolah, karena memang mereka bagian dari sekolah.
Hal tersebut diatas menjadi meruncing ketika beberapa rekan kita dari 4 & 5 memaksakan diri bahwa Boedoet 145 sampai kapanpun juga tak dapat dipisahkan, perdebatan mulai tidak menemukan titik temunya ketika orang yang matang di akademik dan orang yang matang di basis duduk berdiskusi disatu meja. Arogansi dan ketidak tahuan masing-masing pihak mulai menunjukan wujud dari si pandai dan si bodoh dalam organisasi. Hingga akhirnya kepentingan masing-masing basis dan pihak-pihak yang pro IKAT 1 mulai terlihat jelas. Alumni-alumni STM 1 yang mungkin telah berumur dan mengerti arti organisasi tetap berikrar dan mendirikan IKAT 1 sebulan yang lalu sebagai wadah yang netral untuk menampung aspirasi Alumni-alumni di SMK 1 saat ini. Sedangkan alumni-alumni 45 yang merasa tidak ikut sepaham dengan pendirian Ikatan Alumni IKAT 1 tersebut kini mendirikan Forum Komunikasi Alumni Tekhnik 145 (FORKAT 145).
Bagaimana kelanjutannya dari dua pihak yang saling berbeda kepentingan?? Kita tunggu saja pada tgl 1 Oktober 2011 nanti, karena saat itu ada acara 21 tahun BTOT 19A. Jangan lupa pada bawa rantang dan tikar masing-masing,,,
Comments
Post a Comment