Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto yang tampak megah dan besar saat ini, berawal dari tempat perawatan bagi korban tempur tentara Hindia Belanda yang ingin mempertahankan Wilayah Indonesia sebagai tanah jajahannya.
Pada tahun 1819 Pemerintah Hindia Belanda membangun tiga rumah sakit di wilayah Indonesia yang dikenal dengan Groot Militaire Hospitaal Weltervreden antara lain satu buah di Jakarta tepatnya dilokasi RSPAD Gatot Soebroto sekarang.
Disamping tugas merawat korban tempur, di rumah sakit ini berfungsi melaksanakan penelitian dan pendidikan. Pada tahun 1896, Dr. C. Eykman melakukan penelitian tentang penyakit beri-beri yang disebabkan kurang vitamin B1, atas penemuan tersebut dianugrahi Hadiah Nobel pada tahun 1929. Di rumah sakit ini pulalah dirintis pendidikan dokter jawa yang dikenal dengan sebutan STOVIA.
Pada masa penjajahan jepang 8 Maret 1942 rumah sakit ini tetap berfungsi sebagai rumah sakit militer dibawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan nama Rikugun Byoin.
Setelah Jepang menyarah pada tentara sekutu 15 Agustus 1945 dan diproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Rikugu byoin kembali dikuasai oleh tentara sekutu (KNIL), yang berubah nama menjadi Militaire geneeskundige Dienst (Rumah Sakit Jawatan Kesehatan Angkatan Darat) yang dikenal dengan nama "Leger Hospitaal Batavia"
Sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 29 Desember 1949 yang merupakan pengakuan terhadap kedaulatan Republik Indonesia maka di putuskan untuk melakukan pengalihan instalasi militer kepada pemerintah RI termasuk "Leger Hospital Batavia"
Pada tanggal 26 Juli 1950, di lakukan penyerahan "Leger Hospital Batavia" kepada pemerintah Indonesia dari Letkol Dr Scheffers (mewakili pemerintah Belanda) kepada Letkol Dr Satrio (mewakili pemerintah Indonesia). Sejak saat itu "Leger Hospitaal Batavia" resmi masuk ke jajaran Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat (DKTAD) dengan nama Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP) Moment bersejarah ini selanjutnya di peringati sebagai hari jadi RSPAD Gatot Soebroto.
Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat, melalui pertimbangan yang matang terbitlah Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor :Skep/582/1970 dipakailah nama Gatot Soebroto di belakang nama Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat atau RSGS.
Keberadaan pemeriksaan diagnostik yang mutakhir serta keasrian bangunan pelayanan kesehatan, RSGS dipakai untuk tempat pemeriksaan dan perawatan pejabat tinggi negara. Sesuai dengan tuntuan organisasi agar lebih mudah pengucapanya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor : SE/18/VIII/1977. Akhirnya nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto disingkat RSPAD Gatot Soebroto sampai sekarang.
Tahun 1994 diresmikan Wahana Bina Balita tempat penitipan anak-anak karyawan RSPAD, disini tumbuh kembang anak dibawah pengawasan dokter umum, psikolog, dokter spesialis anak, dan pisikiater anak. Sedangkan bagi keluarga yang sedang dirawat dibangun tempat penginapan Wisma Bermis
Kemudian tahun 2000 diresmikan ruang perawatan khusus untuk Kedokteran Militer yaitu suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi prajurit Tentara Nasional Indonesia, yang mengalami korban tempur atau latihan. Saat ini RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi rujukan tertinggi di jajaran TNI yang memberikan perawatan kesehatan untuk Prajurit TNI AD, Pegawai Negri sipil serta masyarakat umum. Melihat penampilan bangunan yang anggun seluas 115.010 m2 di atas tanah 12.500 m2 serta di isi oleh 1.000 tempat tidur, RSPAD Gatot Soebroto patut menjadi salah satu rumah sakit militer yang terkemuka dikawasan Asia Tenggara.
SUMBER: http://www.rspadgatsu.com/profil.php
Pada tahun 1819 Pemerintah Hindia Belanda membangun tiga rumah sakit di wilayah Indonesia yang dikenal dengan Groot Militaire Hospitaal Weltervreden antara lain satu buah di Jakarta tepatnya dilokasi RSPAD Gatot Soebroto sekarang.
Disamping tugas merawat korban tempur, di rumah sakit ini berfungsi melaksanakan penelitian dan pendidikan. Pada tahun 1896, Dr. C. Eykman melakukan penelitian tentang penyakit beri-beri yang disebabkan kurang vitamin B1, atas penemuan tersebut dianugrahi Hadiah Nobel pada tahun 1929. Di rumah sakit ini pulalah dirintis pendidikan dokter jawa yang dikenal dengan sebutan STOVIA.
Pada masa penjajahan jepang 8 Maret 1942 rumah sakit ini tetap berfungsi sebagai rumah sakit militer dibawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan nama Rikugun Byoin.
Setelah Jepang menyarah pada tentara sekutu 15 Agustus 1945 dan diproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Rikugu byoin kembali dikuasai oleh tentara sekutu (KNIL), yang berubah nama menjadi Militaire geneeskundige Dienst (Rumah Sakit Jawatan Kesehatan Angkatan Darat) yang dikenal dengan nama "Leger Hospitaal Batavia"
Sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 29 Desember 1949 yang merupakan pengakuan terhadap kedaulatan Republik Indonesia maka di putuskan untuk melakukan pengalihan instalasi militer kepada pemerintah RI termasuk "Leger Hospital Batavia"
Pada tanggal 26 Juli 1950, di lakukan penyerahan "Leger Hospital Batavia" kepada pemerintah Indonesia dari Letkol Dr Scheffers (mewakili pemerintah Belanda) kepada Letkol Dr Satrio (mewakili pemerintah Indonesia). Sejak saat itu "Leger Hospitaal Batavia" resmi masuk ke jajaran Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat (DKTAD) dengan nama Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP) Moment bersejarah ini selanjutnya di peringati sebagai hari jadi RSPAD Gatot Soebroto.
Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat, melalui pertimbangan yang matang terbitlah Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor :Skep/582/1970 dipakailah nama Gatot Soebroto di belakang nama Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat atau RSGS.
Keberadaan pemeriksaan diagnostik yang mutakhir serta keasrian bangunan pelayanan kesehatan, RSGS dipakai untuk tempat pemeriksaan dan perawatan pejabat tinggi negara. Sesuai dengan tuntuan organisasi agar lebih mudah pengucapanya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor : SE/18/VIII/1977. Akhirnya nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto disingkat RSPAD Gatot Soebroto sampai sekarang.
Tahun 1994 diresmikan Wahana Bina Balita tempat penitipan anak-anak karyawan RSPAD, disini tumbuh kembang anak dibawah pengawasan dokter umum, psikolog, dokter spesialis anak, dan pisikiater anak. Sedangkan bagi keluarga yang sedang dirawat dibangun tempat penginapan Wisma Bermis
Kemudian tahun 2000 diresmikan ruang perawatan khusus untuk Kedokteran Militer yaitu suatu upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi prajurit Tentara Nasional Indonesia, yang mengalami korban tempur atau latihan. Saat ini RSPAD Gatot Soebroto merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi rujukan tertinggi di jajaran TNI yang memberikan perawatan kesehatan untuk Prajurit TNI AD, Pegawai Negri sipil serta masyarakat umum. Melihat penampilan bangunan yang anggun seluas 115.010 m2 di atas tanah 12.500 m2 serta di isi oleh 1.000 tempat tidur, RSPAD Gatot Soebroto patut menjadi salah satu rumah sakit militer yang terkemuka dikawasan Asia Tenggara.
SUMBER: http://www.rspadgatsu.com/profil.php
Comments
Post a Comment