Skip to main content

SMKN 4 (d/h STMN 5) >> Boedoet 5 Pagi

















Sejarah SMK NEGERI 4 (STMN 5) Jakarta

1955:
Sejarah awal berdirinya SMKN4, dengan di keluarkannya SK pendirian sekolah NO.381/BI/1 Tertanggal 26 Juli 1955 dengan nama lembaga SGPT ( Sekolah GURU Pendidikan Teknik ),berlokasi di kebayoran jakarta selatan dengan kepala sekolah Bp.NY. Gontha.

1964:
Di Bawah kepemimpinan Bapak. Moch. Rivai,Lokasi SGPT di pindahkan ke Kp. Bali Gang 2 tanah Abang jakarta Pusat, dengan perubahan nama menjadi STM 5 INSTRUKTOR, dengan 4 jurusan : Bangunan Gedung, Listrik, Mesin dan Automobil .

1971:
STM 5 INSTRUKTOR pindah ke lokasi Jl. BUDI UTOMO No.5 Jakarta Pusat.

1973:
Pada pertengahan bulan juni berganti nama STM 5 dan pada bulan Januari 1978 berubah menjadi STM Negeri 5 Jakarta.

1992:
Pada tanggal 14 Juli 1992, perpindahan kepala sekolah di jabat oleh Bp.Dasril Syam.

1996:
Pertengahan tahun 1996 perpindahan lokasi ke Jl. Rorotan VI/No.5, Cilincing Jakarta Utara, Dengan areal tanah 1,7 Hektar dan luas bangunan 9886,7 M.

1997:
Pada Tanggal 28 Februari, Bp.Drs. Bowo Irianto di lantik untuk menjadi kepala sekolah SMKN4 jakarta.

1998:
Unit Produksi kayu di SMKN4 Jakarta, maju dengan pesat hingga mampu melakukan eksport ke eropa berupa produk furniture, bekerja sama dengan PT.Shimpindo Kharisma.

2001:
Pada tanggal 14 Oktober 2001, pergantian kepala sekolah kepada Bp.Yayat Hidayat, BE.MM.

2002:
Bulan Februari 2002, Persiapan pelaksanaan program CBT ( Competency Based Training ) untuk dua program keahlian yaitu : Mesin Perkakas dan Mekanik Otomotif. dengan tim konsultan PPPGT Bandung dan IASPD Australia.

2002:
Bulan september, di tetapkan sebagai SMK yang berpotensi untuk mejadi sekolah berstandar Nasional dan Internasional, dengan Urutan 12 dari 177 sekolah kejuruan di indonesia.

2003:
Bulan Januari di tunjuk untuk melaksanakan program BBE Life Skill dan pelaksanaan Community College untuk wilayah Jakarta Utara.

2004:
Pada 5 September 2004, untuk pertama kalinya di laksanakan PSG Luar Negeri ke MAlaysia sebanyak 6 Orang.

2004:
Pada 5 April 2004, bertempat di Hotel Pitagiri Jakarta Barat, Derektorat Dikmenjur melalui DSSE-Project ADB mengadakan Workshop School Development & Investment Plant ( SDIP ). Hasil pertemuan tersebut menjadikan program keahlian Mekanik Otomotif SMK Negeri 4 Jakarta didominasikan menjadi objek yang akan di kembangkan menjadi sekolah Nasional bertaraf Internasional.

2005:
Program Keahlian Listrik Instalasi dan Listrik Pemakian di lebur menjadi satu jurusan Teknik Pemanfaatan Energi Listrik.

2006:
Bulan April terbentuk TIM ISO SMKN4 Jakarta yang melakukan penjajagan menuju standarisasi ISO 9001 : 2000.

2006:
16 Juni 2006, Menyumbangkan 2 Medali Kemenangan bagi kontingen DKI jakarta, pada pelaksanaan PKS Tingkat Nasional 2006. Feri Saputra Juara I Nasional dan Sigit Juara III Nasional, sementara Dedi dan Yuspik Peringkat VI Nasional dalam Eksebisi Mekatronika.

SUMBER: http://smkn4jkt.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=5&Itemid=65

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida