Skip to main content

SMA Boedoet Makin Cantik

SMA Boedoet Makin Cantik

GEDUNG SMAN 1 Boedi Oetomo alias SMA Boedoet di Jalan Budiutomo, Kelurahan Pasarbaru, Jakarta Pusat, kini berwajah baru. Ini merupakan gedung peninggalan zaman Jepang dengan kondisi gedung kuno.

Gedung yang mulai 1946 dijadikan SMAN 1 tersebut terlihat lebih bersih dengan paduan cat dinding putih dan abu-abu. Bagian kusen dicat warna biru. Bagian jendela dilengkapi kaca. Ruang kelas yang sebelumnya gerah menjadi lebih dingin karena dilengkapi dengan AC.

Dulu, ruang kelas tidak dilengkapi dengan jendela kaca. Warna dinding juga putih dipadu hijau. Kursi kayu yang biasanya menghiasi setiap ruangan kelas berubah menjadi kursi paduan plastik dan besi.

Kondisi sekolah unggulan itu berubah setelah direnovasi atas bantuan dari Ikatan Alumni SMAN 1 Boedi Oetomo (Ikaboedoet) yang dipimpin pengusaha papan atas, Chaerul Tandjung. Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo dan Ketua Ikaboedoet Chaerul Tandjung meresmikan wajah baru sekolah ini, dihadiri para alumni termasuk artis lawas, Dina Mariana.

Kepala SMAN 1 Boedoet, M Agus Salisin, mengatakan bahwa renovasi dilakukan mulai 8 November 2008. "Ide renovasi muncul dari para alumni pada tahun 2006 dan 2007. Ide itu direalisasikan dengan melakukan presentasi di hadapan komite sekolah, pihak sekolah, Dinas Pendidikan, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan," kata Agus.

Agus menambahkan bahwa selain merenovasi kondisi fisik, IKABOEDOET juga memberikan bantuan dengan memberikan sebanyak meja dan kursi siswa sebanyak 600 set, 15 set meja dan kursi guru, 15 unit LCD, 30 unit laptop, 8 unit AC.

"Dari 24 ruang kelas yang direnovasi 15 ruang kelas," ujar Agus. Dengan bantuan itu berarti sekolah yang berada di atas areal seluas 6.000 meter persegi telah beberapa kali direnovasi.

Renovasi dilakukan pada tahun 1997 dan 2008 oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Itu pun baru mengganti lantai tehel dengan keramik serta mengecat dinding.

Chaerul menjelaskan bahwa tujuan bantuan renovasi itu adalah untuk meningkatkan prestasi siswa. "Dulu siswa SMAN 1 dikenal berprestasi tetapi sepuluh tahun belakangan prestasi menurun. Mudah-mudahan dengan bantuan ini bisa memicu peningkatan prestasi siswa," ucap Chaerul.

Fauzi Bowo yang akrab dipanggil Foke mengungkapkan bahwa pihaknya bersimpatik dengan bantuan tersebut. "Mudah-mudahan langkah Ikaboedoet bisa ditiru oleh alumni lain," kata Foke.

Meski demikian Foke meminta kepada komite sekolah bersama-sama dengan pihaknya untuk menjaga kondisi sekolah yang sudah bagus itu. Apalagi gedung sekolah tersebut merupakan salah satu gedung cagar budaya dan dibanggakan warga Jakarta.

Kedepannya, kata Foke, SMAN 1 diharapkan menjadi salah satu sekolah percontohan dalam kategori the first green school. Maksudnya dari sekolah ini siswa terbiasa dengan menghemat energi, seperti memanfaatkan energi matahari untuk laboratorium. Mendaur ulang sampah dan air limbah.

"Prospek ke depan itu merupakan salah satu bentuk pelestarian lingkungan yang bisa dimulai dari lingkungan sekolah," papar Foke. (Sigit Nugroho)

Comments

Popular posts from this blog

Rute Bus Kota "PPD" Reguler Jaman Dulu

PPD Reguler 10 Jurusan : Terminal Blok M - Terminal Senen. Rute: Terminal Blok M - Radio Dalam - Velbak - Sudirman - Thamrin - Monas - Harmoni - Pasar Baru - Terminal Senen - Tripoli - Pejambon - Gambir - Monas - Dukuh Atas - Thamrin - Sudirman - Pakubuwono - Taman Puring. PPD Reguler 11 Jurusan : Terminal Blok M - Pejambon Rute : Terminal Blok M - Kyai Maja - Barito - Velbak - Pakubuwono - Hang Lekir - Jenderal Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat Raya - Kwini II - Pejambon PPD Reguler 12 Jurusan : Terminal Blok M - Lapangan Banteng Utara Rute : Terminal Blok M - Iskandarsyah - Senopati - Bundaran Senayan - Jenderal Sudirman - Hotel Indonesia - MH. Thamrin - Merdeka Barat - Majapahit - IR. H. Juanda - Jl. Pos - Gedung Kesenian - Lapangan Banteng Utara PPD Reguler 13 Jurusan : Terminal Lebak Bulus - Pejambon Rute : Terminal Lebak Bulus - RS Fatmawati - Wijaya II - Wijaya I - Senopati - Sudirman - Imam Bonjol - Diponegoro - Salemba Raya - Kramat

Sepenggal Kisah Tragedi Boedoet Kelabu 1989

Ini sepenggal kisah pribadi yang terjadi 20 tahun yang lalu di awal bulan Oktober 1989 di jalan Budi Utomo, Jakarta Pusat. Bukan bermaksud untuk menguak kembali luka lama yang telah berlalu, tapi ini hanya sebuah cermin bagi generasi-generasi berikutnya untuk lebih menghargai arti sebuah persatuan dan kesatuan diantara sesama anak bangsa. Sebagai salah seorang siswa baru di SMA Negeri 1, saya termaksud orang yang dapat berbangga hati karena dapat diterima disebuah sekolah favorit yang isinya memang banyak dari kalangan anak-anak borju dan pejabat. Mungkin diantara ratusan murid SMA 1 hanya sayalah yang kere dan tak pernah bisa berdandan rapi. Penampilan saya lebih banyak meniru tokoh novel remaja yang ngetop saat itu, Lupus. Baju selalu dikeluarkan dengan kancing bagian atas dibiarkan terbuka. Kedua lengan baju digulung walaupun tak berotot, tas dengan tali yang panjang sampai sebatas paha, sepatu capung alias Butterfly dan tak lupa celana abu-abu yang sudah dekil karena sudah semi

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah

Pemisahan Aliran Kali Bekasi dan Kalimalang, Memisahkan antara Anugrah dan Musibah “Entuh (pertemuan Kali Bekasi dengan Kalimalang / Kali Tarum Barat) dulu, kali prempuan ama kali lakian ga pernah nyatu, baru karang-karang enih aja nyatunya.” (“Itu dahulu, kali perempuan dengan kali lelaki tidak pernah bersatu, baru sekarang ini saja bersatunya”). Begitulah yang digambarkan nenek saya ketika bercerita tentang Kali Bekasi dan Kali Tarum Barat atau sering dikenal dengan nama Kalimalang. Kali Bekasi yang mengaliri air dengan deras meliuk-liuk gagah seperti jalan ular dari hulunya di selatan yang berada di pegunungan di Bogor sampai ke muaranya di laut utara Jawa, diidentikkan dengan sosok laki-laki. Sedang kali buatan Kali Tarum Barat (Kalimalang) yang begitu tenang mengaliri air dari Waduk Jatiluhur di sebelah timur ke barat di Bekasi dan Jakarta, digambarkan dengan sosok perempuan. Menurut cerita nenek, awalnya air Kalimalang dengan air Kali Bekasi diceritakan “ga bisa dikawinin” (“tida